A.
DATA
BUKU
1. Judul
: Amelia
2. Penulis
: Tere Liye
3. Penerbit
: Republika Penerbit
4. Tahun
terbit : 2013
5. Jumlah
halaman : 392 halaman
6. ISBN
: 978-602-8997-73-7
7. Harga
: Rp 60.000,-
B. PEMBUKAAN
Tere
Liye lahir di Sumatera Selatan pada 21 Mei 1979 dari keluarga sederhana yang
orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa dan tumbuh dewasa di pedalaman
Sumatera. Ia mulai menulis sejak tahun 2005 dan tetap produktif sampai
sekarang.
Tere
Liye menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertamanya di SDN 2 dan SMPN 2
Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian, ia melanjutkan ke SMUN 9 Bandar
Lampung. Setelah selesai di Bandar Lampung, ia melanjutkan studinya ke Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Kini,
Tere Liye dikenal sebagai penulis yang menerbitkan banyak karya best-seller. Tentu saja, itu semua
diraihnya berkat kerja keras dan usaha yang terus-menerus. Sama seperti penulis
pemula pada umumnya, di awal karirnya, karya – karyanya seringkali ditolak
penerbit. Tapi ia pantang menyerah, sampai karya pertamanya diterbitkan. Diluar
dugaan, para pembaca sangat menyukai hasil karyanya. Itulah yang membuat Tere
Liye terus produktif menghasilkan karya – karya terbaiknya hingga detik ini.
Beberapa
karya Tere Liye juga diangkat sebagai film, diantaranya Hafalan Shalat Delisa (2011), Bidadari
– Bidadari Surga (2012), dan Moga
Bunda Disayang Allah (2013), sementara Serial
Anak – Anak Mamak (Eliana, Pukat, Burlian dan Amelia) diangkat ke layar
kaca sebagai satu judul sinetron berjudul Anak
Kaki Gunung (2012) yang tayang di salah satu stasiun TV swasta.
Buku
– buku terkait :
1.
Burlian (Republia Penerbit, 2009)
Buku
kedua dari Serial Anak – Anak Mamak,
menceritakan tentang Burlian, anak Mamak nomor tiga. Anak paling jahil sedunia
dan ia ‘Anak Spesial’. Tak ada seorang pun yang menandingi keteguhan hatinya.
2.
Pukat (Republika Penerbit, 2010)
Buku
ketiga dari Serial Anak – Anak Mamak,
menceritakan tentang Pukat, anak Mamak yang kedua. Ia terkenal dengan sebutan
‘Pukat si Jenius’. Kelak semua orang akan
tahu betapa pintarnya Pukat; calon profesor, penemu hebat, demikian Pak Bin
– guru sekolahnya – membanggakannya.
3.
Eliana (Republika Penerbit, 2011)
Buku
keempat dari Serial Anak – Anak Mamak,
menceritakan tentang Eliana, anak sulung Mamak. Siapa tidak tahu si sulung
Eliana?! Di sekolah, di kampung, di Kota Kecamatan, bahkan Pejabat Kota
Kabupaten, semua mengenal ‘Eli si Pemberani’. Maka, jangan pernah coba – coba
membuatnya marah.
Pada
umumnya, buku – buku karya Tere Liye mengangkat tema tentang masalah keluarga
dan kehidupan, tapi ada juga yang mengangkat tema politik dan percintaan.
Didalam karya – karyanya, ia biasa menyisipkan hal – hal seputar pengetahuan,
moral, agama islam, dan adat istiadat (khususnya adat istiadat daerah Sumatera).
Penyampaian yang unik dan sederhana menjadikan pesan yang terkandung dalam
setiap karyanya mudah diterima dan dipahami oleh para pembaca. Tere Liye juga
seringkali menggunakan alur maju mundur dalam karyanya. Tere Liye tidak pernah
mencantumkan data dirinya pada sebagian besar karyanya.
Walaupun
Serial Anak – Anak Mamak berbentuk
serial, tapi keempat buku dalam serial tersebut berdiri dengan jalan cerita
sendiri. Konsep yang dipakai dalam penulisan serial ini adalah “Setiap Anak, Memiliki Kisahnya Masing –
Masing”. Dalam novel ini juga, pembaca jadi tahu bahwa anak bungsu tidak
semuanya manja, pengadu, perengek dan sebagainya, Amel – tokoh utama dari novel
ini – adalah anak bungsu dan ia anak yang kuat.
C. TUBUH
DAN ISI RESENSI
1. Sinopsis
Amelia
adalah bungsu dari empat bersaudara yang hidup dalam keluarga sederhana. Bapak
dan Mamak mereka sungguh telah mewariskan sifat – sifat baik pada keempatnya.
Di tengah kesederhanaan dan keterbatasan, tersemat kasih sayang keluarga dan
pengorbanan. Sebuah pemahaman baik atas kehidupan yang akan terus melekat
hingga mereka tumbuh dewasa.
Berlatar
di Pedalaman Sumatera pada era-80an, cerita bermula saat Amelia (biasa
dipanggil Amel) sebagai anak bungsu menyatakan bahwa dirinya tidak mau menjadi
anak bungsu. Itu terjadi karena kedua kakak laki – lakinya (Burlian dan Pukat),
sering mengejeknya sebagai ‘Penunggu Rumah’. Kemana – mana ia selalu ditinggal.
Ia kesal karena tidak pernah diajak bermain di luar.
Ia
ingin seperti Eli – nama panggilan dari Eliana, kakak pertamanya yang bisa
bebas mengatur-atur dan menyuruh-nyuruh. Sampai akhirnya, entah apa yang ia
pikirkan. Ia membalas Eli. Ketika Bapak tahu, Amel mendapat hukuman. Amel
sangat menyesal. Belakangan, ia baru menyadari seberapa besar kasih sayang Eli
sebagai seorang kakak.
Sementara
itu, Amel harus dihadapkan oleh masalah teman sekelasnya, Norris si Biang Ribut.
Berawal dari rasa penasaran Amel terhadap Norris yang tak habis – habisnya
berulah, ia mulai mencari tahu penyebab dari kebiasaan teman sekelasnya
tersebut
Kembali
lagi pada ejekan ‘Penunggu Rumah’, kini Eli sudah pergi untuk melanjutkan
sekolah ke Kota Kabupaten. Itu membuat Amel mulai berpikir bahwa ejekan itu
kelak akan menjadi kenyataan. Amel tidak mau jadi ‘Penunggu Rumah’. Ia ingin bebas
menjelajah seperti Wak Yati, kakak Bapak.
Amel
adalah anak yang kuat. Ia berusaha memberanikan diri untuk menyampaikan
pendapatnya saat pertemuan besar warga. Hal yang ia sampaikan adalah tentang
pembibitan tanaman kopi dengan menjadikan lahan milik salah satu warga yang
tidak produktif sebagai lahan percobaan.
2. Kutipan
Buku
“Dan
ketika tiba, bahkan tembok paling keras pun akan runtuh. Batu paling besar pun
akan berlubang oleh tetes air hujan kecil yang terus menerus.”
– hal. 161
“Hidup ini
dipergilirkan satu sama lain. Kadang kita di atas, kadang kita di bawah, lantas
kemudian kita terdiam, bahkan menangis. Itulah kehidupan. Barang siapa yang
sabar, maka semua bisa dilewati dengan hati lapang.”
– hal. 202
“Dalam urusan apa pun,
penting sekali memiliki ilmunya. Maka, tuntutlah ilmu sejauh mungkin, rengkuh
dia dari tempat – tempat jauh, kumpulkan dia dari sumber – sumber terbaik, guru
– guru yang tulus, agar terang cahaya kalian, terang oleh ilmu itu.”
– hal. 324
“Siapa pun yang tidak mengambil langkah
pertama untuk memulai sesuatu, maka dia tidak akan pernah melihat hasil sesuatu
tersebut. Tidak akan pernah.” – hal. 357
3. Keunggulan
Buku
Novel
Amelia ini mempunyai jalan cerita
yang menarik dan sarat akan pesan moral, melalui novel ini, jelas sekali bahwa
penulis ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa segala sesuatu bisa didapatkan
melalui usaha, kerja keras, dan doa.
Dengan
bahasa yang sederhana, penulis dapat dengan lihai mempermainkan emosi pembaca
sehingga pembaca seakan ikut merasakan langsung apa yang dialami tokoh – tokoh
dalam cerita.
Alur
cerita sulit ditebak. Pembaca bukan hanya akan penasaran dengan ending-nya, tapi juga dengan kelanjutan
cerita di setiap halamannya. Alur cerita dari novel ini juga disusun dengan
sangat rapi. Walau alurnya maju mundur, Tere Liye berhasil mengemasnya dengan
sangat baik sehingga mudah dinikmati pembaca.
4. Kelemahan
Buku
Novel
Amelia ini adalah buku pertama dari Serial Anak – Anak Mamak, tapi kenyataannya,
novel ini malah terbit paling akhir. Memang, novel ini memuat keterangan –
keterangan yang tidak terdapat dalam novel Serial
Anak – Anak Mamak sebelumnya, namun hal ini membingungkan bagi sebagian
pembaca.
5. Rumusan
Kerangka Buku
§ Si
Tukang Ngatur – Ngatur
§ Aku
Tidak Mau jadi Anak Bungsu
§ Sekolah
Diliburkan Mendadak
§ Memetik
Jamur
§ Perasaan
Bersalah
§ Hukuman
Bapak
§ Panggil
Aku “Eli”
§ Mendikte
Buku IPA
§ Membantu
Teman
§ Percakapan
Sore Hari
§ Belajar
Mengarang
§ Belajar
Bersama
§ Masa
Lalu Norris
§ Pasar
Kalangan
§ Ujian
Lisan Peta Dunia
§ Lima
Kuntum Bunga Matahari
§ Panen
Ladang Kopi
§ Rencana
– Rencana Bapak
§ Survei
dari Kota
§ Doa
– Doa Terbaik
§ Melarikan
Diri
§ Melepas
Kak Eli Pergi
§ Pelajaran
Mencangkok
§ Petualangan
ke Tanah Malaka
§ Kasih
Sayang Mamak
§ Pohon
Raksasa
§ Pertemuan
Tetua Kampung
§ Rencana
– Rencana Besar
§ Kultur
Jaringan
§ Gunjing
Tetangga
§ Berkeliling
Kampung
§ Cita-cita
Kau Apa?
§ Pertemuan
Besar
6. Penggunaan
Bahasa
Menggunakan
bahasa Indonesia yang tidak baku dan tidak berbelit – belit. Tidak memakai
bahasa daerah sehingga dapat dinikmati oleh pembaca secara umum.
D. PENUTUP
RESENSI
Sasaran
Buku
Karena
bahasanya yang sederhana, novel ini dapat dinikmati oleh anak – anak maupun
orang dewasa. Novel ini banyak mengandung unsur – unsur pendidikan, baik
pendidikan budi pekerti mau pun pengetahuan umum, jadi buku ini dapat menjadi
acuan bagi para orang tua mau pun para guru dalam mendidik anak.